Beragam cara ditempuh untuk mendapatkan gigi yang sehat, mulut yang bersih, dan nafas yang segar. Salah satunya adalah dengan menggunakan obat kumur, yang selama ini diyakini bermanfaat untuk mengendalikan plak dan peradangan gusi, dengan cara menghambat pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri di dalam mulut.
Penggunaan obat kumur secara rutin dalam jangka panjang hingga kini masih menjadi perdebatan dari berbagai kalangan. Hal yang menjadi sorotan adalah efek jangka panjangnya terhadap jaringan lunak mulut, terutama obat kumur yang mengandung alkohol. Meski masih belum menjadi kesepakatan umum, banyak peneliti yang mengamini bahwa obat kumur beralkohol memiliki efek karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) -terutama peneliti independen yang tidak memiliki keterkaitan dengan produsen obat kumur manapun.
Alkohol yang digunakan dalam obat kumur berfungsi sebagai pelarut bagi zat aktif lain yang terkandung di dalam obat kumur. Alkohol juga bertindak sebagai pengawet dan antiseptik pada kandungan sekitar 10 hingga 12 %. Umumnya kadar etanol yang terkandung dalam obat mulut ada dalam kisaran 5 hingga 27 % vol. Makin banyak bukti yang didapat bahwa asetaldehid yang merupakan produk metabolit dari etanol bersifat mutagenik. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur beralkohol dapat meningkatkan konsentrasi asetaldehid hingga mencapai kadar tertentu yang mengarah kepada mutasi DNA. Kondisi ini diperparah oleh kebersihan mulut yang buruk, ditandai dengan banyaknya bakteri patogen yang berkembang biak di dalam mulut yang mampu memproduksi asetaldehid.
Selain itu, studi memperlihatkan bahwa alkohol dalam konsentrasi tinggi yang terkandung dalam obat kumur berdampak buruk terhadap mulut yaitu iritasi, keratosis, luka/ulserasi pada jaringan lunak, radang gusi dan bintik merah serta rasa sakit. Disimpulkan juga bahwa berkumur dengan obat kumur beralkohol secara rutin setiap hari dikaitkan dengan peningkatan resiko kanker mulut. Resiko ini meningkat 9 kali lipat pada perokok aktif dan 5 kali lipat pada peminum alkohol.
Meski tak dapat ditampik bahwa banyak produk-produk yang beredar di pasaran menunjukkan efektivitas dalam memerangi bakteri mulut, konsumen harus lebih berhati-hati dalam penggunaannya terlebih lagi obat kumur dapat dibeli bebas tanpa resep dokter. Rasanya bijaksana untuk membatasi penggunaannya hanya untuk jangka pendek, jika diperlukan
!