Apa yang terjadi pada orang yang mengalami stres yang kronik adalah perubahan pada sistem otaknya terutama di Hipotalamus yang berhubungan dengan sistem hormonal otak dan sistem saraf otonom.
Ketika stres tidak diadaptasi baik oleh otak, maka hipotalamus akan mengaktifkan sistem hormonal otak yang melibatkan jaras Hipotalamus Pituitary Adrenal (HPA-Axis) yang produk akhirnya adalah hormon stres yang bernama Kortisol. Hormon ini mempunyai fungsi membalikkan keadaan normal fisiologis dari tubuh. Hormon kortisol ini akan membuat peningkatan gula darah, peningkatan denyut jantung, menurunkan produksi antibodi serta meningkatkan asam lemak dalam darah.
Sedangkan lewat jalur saraf otonom, stres yang kronik akan memicu sistem saraf untuk meningkatkan tekanan darah, mengurangi produksi saliva (ludah), menghentikan kerja lambung, menigkatkan kerja paru-paru sehingga bernapas lebih cepat dan dalam serta meningkatkan asupan oksigen.
Keadaan ini jika terjadi secara kronis bisa berakibat pada melemahnya fungsi-fungsi organ tubuh walaupun tidak selalu sampai mengalami kerusakan organ. Pasien biasanya datang ke dokter pada saat keadaan mulai mengalami gejala-gejala kecemasan dan fisik yang terganggu tetapi belum sampai mengalami kerusakan organ yang permanen.Tidak heran jika diperiksa secara obyektif dengan alat kedokteran canggih pun seperti CT-Scan, Endoskopi, MRI, MSCT bahkan Angiography belum terlihat adanya kelainan.
Namun ini bukan berarti tidak perlu diobati dengan segera. Keadaan ini sangat menggangu pasien dan menurunkan kualitas hidupnya. Perlu penanganan segera agar mendapatkan perbaikan yang nyata.
Apa Yang Bisa Dilakukan ?
Sebagai dokter umum ada beberapa hal yang bisa dilakukan.
- Perkuat hubungan dokter pasien
Hal ini membuat pasien lebih percaya dengan apa yang dikatakan dokternya. Komunikasi yang didasari dengan empati akan membuat hubungan komunikasi menjadi lebih baik. Ketika pasien sudah beberapa kali keluar masuk RS dan tempat praktek dokter demi mencari apa yang menjadi "penyakitnya" maka dokter yang mempunyai hubungan yang kuat dengan pasien dapat meminta pasien untuk bisa lebih obyektif melihat kondisinya. -
Kalau memang tidak ada yang salah mengapa perlu mencari kesalahan di dalam tubuhnya. Berikan kepada pasien suatu kekuatan untuk bisa menerima kondisinya ini dan kalau memungkinkan bantu pasien dalam beradaptasi dengan stres yang mungkin dialaminya.
- Berikan informasi yang benar dan dapat dipercaya tentang kondisinya
Keluhan Psikosomatik adalah keluhan yang terkadang membingungkan buat dokter yang tidak mengerti dasar mekanisme adaptasi dan fungsi psikofisiologis otak. Dokter yang berpandangan biomedis akan sibuk mencari penyebab keluhan fisik pasien dan lupa ada kondisi stres yang bisa menjadi pemicu. Untuk itu dokter harus memahami secara jelas benar tentang apa yang terjadi pada kondisi psikosomatik. Ini agar pasien mendapatkan ketenangan bahwa benar ada dasar dari keluhannya. Pada beberapa pasien seringkali mengatakan apakah hal yang terjadi pada dirinya adalah guna-guna.
- Diagnosis yang tepat
Diagnosis gangguan kejiwaan bagi sebagian orang mungkin membingungkan. Tidak semua dokter masih ingat dengan keluhan-keluhan kejiwaan apalagi diagnosis yang pas untuk menyebutkan suatu sindrom gejala. Maka dari itu perlu adanya update pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan mekanisme stres dan gangguan fisik. Diagnosis yang baik akan memudahkan dalam pengobatan lebih lanjut.
- Gunakan obat seperlunya
Penggunaan obat pada kondisi psikosomatik seringkali berlebihan. Banyaknya gejala terkadang membuat dokter memberikan semua obat untuk semua keluhan pasien. Kekurangtahuan akan mekanisme terjadinya stres dan gangguan fisik membuat dokter kebingungan kadang ketika menghadapi hal ini. Untuk itu perlu penanganan yang baik jika berhadapan dengan pasien dengan keluhan psikosomatik. Seringkali penggunaan obat golongan anticemas seperti alprazolam digunakan oleh beberapa dokter. Pesan saya jika terpaksa menggunakan, gunakan dengan dosis seminimal mungkin dan dalam waktu yang tidak lebih dari 4 minggu.
Rujukan yang pasSeringkali dokter kesulitan menghadapi pasien dengan gangguan psikosomatik. Untuk itu rujukan yang pas bisa dilakukan. Dokter bisa merujuk ke psikiater yang memahami kondisi keluhan psikosomatik. Seringkali saya ditanyakan oleh dokter kalau pasien sering enggan datang ke psikiater karena merasa malu dan tidak sesuai dengan sakit fisiknya. Kembali ke poin sebelumnya, pengetahuan yang baik tentang mekanisme stres dan timbulnya gangguan fisik mungkin bisa membantu meyakinkan pasien untuk mau berobat ke psikiater terutama yang memahami kondisi psikosomatik.