Air minum merupakan kebutuhan penting dalam asupan kita sehari-hari. Menahan lapar tentu akan lebih mudah daripada menahan haus, bukan? Akan tetapi, banyak sekali hal-hal seputar air minum yang saat ini beredar. Dalam acara seminar Hidrasi Sehat saat Berolahraga yang berlangsung di Ritz Carlton tanggal 11 Juni 2013, dr. Samuel Oetoro, SpGK mengungkapkan beberapa fakta terkait mitos-mitos yang beredar tentang air minum dan hidrasi.
- Minum air tidak boleh dingin karena akan membuat gemuk = MITOS
Suhu air minum setelah masuk ke dalam tubuh akan dihangatkan ataupun didinginkan sesuai dengan suhu sistem pencernaan, sehingga suhu air tidak akan mempengaruhi penyerapan lemak. Akan tetapi apabila sedang berolahraga hindarilah mengkonsumsi air yang terlampau dingin atau yang terlampau panas. Hal ini karena suhu inti tubuh sedang tinggi akibat berolahraga, sehingga air yang baik dikonsumsi adalah air dengan suhu ruangan atau 15°-21° Celcius.
- Air alkali yang pHnya bersifat basa lebih bagus daripada air minum biasa = MITOS
Air alkali adalah air yang memiliki pH tinggi, biasanya 9 atau lebih sehingga sifatnya basa. Ada yang mengatakan bahwa untuk sehat dan menjaga keseimbangan pH darah, maka air yang kita minum harus bersifat basa atau alkali. Hal ini tidak benar. Air yang kita minum justru dianjurkan berada di pH 6,5 hingga 8,5. Apapun makanan atau minuman yang kita makan atau berapapun pHnya, selama tidak merusak mukosa atau saluran pencernaan, akan melewati tenggorokan dan masuk lambung. Di lambung makanan atau minuman ini akan bercampur dengan asam lambung yang sifatnya asam kuat sehingga sifatnya akan menjadi asam. Setelah dari lambung, makanan atau minuman ini akan memasuki usus 12 jari atau duodenum melalui lubang kecil bernama pilorus yang memungkinkan makanan turun sedikit demi sedikit (3-4 cc). Begitu masuk usus 12 jari, sifat makanan atau minuman akan menjadi netral karena bercampur dengan basa (asam dicampur basa akan menjadi netral). Baru kemudian di dalam usus akan terjadi penyerapan zat nutrisi ke dalam sirkulasi darah. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa pH alkali tidak akan mempengaruhi pH darah.
- Kalau mau bangun otot “kering” jangan minum air ataupun konsumsi garam = MITOS
Isitilah otot “kering” sebenarnya adalah istilah yag kurang tepat tetapi sering sekali digunakan oleh mereka yang senang melatih kekuatan otot khususnya di pusat kebugaran. Tubuh kita terdiri atas 60-70% air bahkan sel tubuh kita dapat mengandung air sebanyak 75-80%. Tubuh kita membutuhkan air untuk tetap berfungsi secara optimal dan air ini dapat masuk ke dalam sel tubuh melalui pompa yang membutuhkan elektrolit atau mineral yaitu natrium yang didapatkan dari garam. Apabila tubuh kekurangan natrium maka air akan sulit masuk ke dalam sel akibatnya tubuh akan mengalami dehidrasi dan kemudian akan timbul konsekuensi terhadap performa sehari-hari. Istilah “kering” sebenarnya digunakan untuk menggambarkan kondisi dimana serat otot dapat terliat secara kasat mata di tubuh. Hal yang dapat membantu ini tercapai adalah lapisan lemak bawah kulit yang rendah, bukan air. Apabila persentase lemak turun maka serat otot akan terlihat. Jadi, caranya bukan dengan tidak minum atau tidak konsumsi garam, tetapi latihan kekuatan otot yang baik dan benar sesuai tujuan.
Acara yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dan bekerja sama dengan salah satu produsen air mineral ini juga dimeriahkan dengan uji coba elektrolisis yaitu demontrasi yang menunjukkan ada atau tidaknya kandungan mineral dalam beberapa jenis air minum. Menurut dr. Samuel Oetoro SpGK, air minum yang baik adalah yang mengandung mineral dan bukan air “kosong” yang miskin mineral. Hal ini karena dalam melakukan olahraga tubuh kita memakai elektrolit untuk kontraksi otot, sehingga cairan yang paling tepat bagi tubuh saat berolahraga adalah yang mengandung mineral.
Sudahkan Anda meminum air mineral saat olahraga?