Penyakit tekanan darah tinggi, dalam istilah medis disebut hipertensi, adalah salah satu masalah kesehatan yang paling banyak diderita di seluruh dunia. Di Amerika, diperkirakan sebanyak 67 juta orang menderita
hipertensi. Penyakit ini sering disebut “silent killer” karena dapat berakibat fatal dan berujung kepada kematian, namun tidak menunjukkan gejala yang khas/berat sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya.
Prevalensi hipertensi di Indonesia pun cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Dari hasil pengukuran tekanan darah pada subyek berusia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, namun hanya 7,2% diantaranya yang sudah mengetahui memiliki hipertensi, dan hanya 0,4% kasus yang terkontrol (minum obat hipertensi). Penderita hipertensi memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan kebutaan.
Dalam kondisi normal, tekanan darah saat jantung memompa darah (tekanan sistolik) adalah < 120 mmHg, sementara tekanan darah saat jantung istirahat (tekanan diastolik) adalah < 80 mmHg. Pada penderita hipertensi, terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal, yaitu tekanan sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg.
Jika dahulu hipertensi lebih banyak diderita oleh orang lanjut usia, saat ini semakin banyak kasus hipertensi yang terjadi pada kelompok usia produktif (di bawah 50 tahun). Mengingat tingginya prevalensi penyakit ini di masyarakat dan sebagian besar penderita tidak menyadarinya, maka hal ini patut mendapat perhatian lebih dari tenaga kesehatan, tak terkecuali dokter gigi.
Kecemasan yang biasa dialami pasien saat akan menerima perawatan gigi dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan komunikasi yang terjalin dengan baik antara dokter gigi dan pasien, diharapkan pasien menjadi tenang dan nyaman. Selain itu, prosedur perawatan yang memakan waktu mungkin dapat dibagi menjadi beberapa sesi, supaya pasien tidak duduk terbaring terlalu lama di dental chair.
Pasien dengan hipertensi yang tidak terkontrol beresiko untuk mengalami perdarahan paska pencabutan gigi. Hal ini berkaitan dengan obat bius yang digunakan umumnya mengandung vasokonstriktor (agar efek obat bius bertahan lama) yang berefek menyempitkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah semakin meningkat
. Hal ini dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil dan terjadi perdarahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum tindakan pencabutan dilakukan. Jika tekanan darah pasien tinggi, pencabutan gigi sebaiknya ditunda dan pasien dirujuk ke ahli penyakit dalam terlebih dulu untuk mengontrol tekanan darah.
Obat-obatan anti hipertensi dapat mempengaruhi kondisi rongga mulut. Beberapa jenis obat menyebabkan mulut kering dan menimbulkan perubahan sensasi pengecapan, dan obat lainnya seperti Ca-channel blockers menyebabkan pembesaran dan pembengkakan gusi. Kurangnya volume air liur pada mulut yang kering dapat menyulitkan saat bicara dan mengunyah serta mempermudah pertumbuhan bakteri dan jamur. Dengan demikian, selain kontrol rutin ke ahli penyakit dalam, pasien penderita hipertensi juga perlu mengontrol kesehatan rongga mulut secara rutin ke dokter gigi.