Bukan hanya orang dewasa yang dapat bermasalah dengan bau mulut tak sedap, anak kecil pun bisa. Selayaknya orang dewasa, kondisi ini pun dapat mengganggu si kecil karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan juga mengurangi kepercayaan dirinya saat sedang bermain bersama di sekolah.
Terlebih bila si anak sampai diejek oleh teman-temannya. Bau mulut juga dapat mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang terjadi secara lokal di dalam rongga mulut anak, ataupun diakibatkan oleh kelainan sistemiknya. Si anak bisa jadi tidak serta merta mengeluh dan bisa saja malah tidak menyadarinya sama sekali, namun hal tersebut perlu dicermati oleh orang tua dan mungkin memerlukan perawatan oleh dokter gigi ataupun dokter anak.
Peneliti dari Turki baru-baru ini melansir hasil penelitiannya yang mengikutsertakan 30 orang anak sehat yang berusia 7-15 tahun dengan keluhan bau mulut dan aktivitas karies yang tinggi. Metodenya adalah organoleptik dan alat yang memonitor kadar gas VSC (Volatile Sulphur Compound). Selain itu, parameter kesehatan gigi seperti juga turut diperiksa.
Ternyata, yang memberi pengaruh terbesar terhadap timbulnya bau mulut pada anak-anak adalah kebersihan lidah. Lidah yang kotor dapat diliputi selaput yang mengandung bakteri dan sisa epitel yang telah mati, atau disebut tongue coating. Timbunan plak, kesehatan jaringan periodontal dan usia juga sangat berperan dalam menimbulkan bau mulut. Gender dan frekuensi penyikatan gigi malah tidak berkorelasi secara kuat dengan halitosis pada anak, menurut hasil penelitian tersebut. Berarti, menyikat gigi sesering mungkin belum tentu dapat efektif dalam membersihkan gigi dan mengurangi bau mulut, selama caranya belum benar. Hal ini berlaku juga buat orang dewasa, jadi sikat gigi jangan dilakukan asal-asalan
!