Kebiasaan minum anggur (
wine) semakin menjamur di kota besar, termasuk Jakarta. Restoran ataupun kafe yang menyuguhkan
wine sebagai menu andalan jumlahnya terus bertambah. Minuman ini kerap dinikmati sebagai pelengkap hidangan, atau saat berkumpul santai dengan teman-teman. Penikmat
wine pun cukup beragam, ada yang hanya sebagai status karena
wine masih dianggap sebagai minuman untuk kalangan atas, mengingat
wine berkualitas harganya cukup tinggi. Ada juga orang yang memang menyukai
wine karena kompleksitas dan kekayaan rasanya. Namun tidak sedikit orang yang meminumnya dengan keyakinan bahwa wine baik untuk kesehatan.
Pada sekitar tahun 1991 muncul istilah
“French Paradox” karena didapati fakta bahwa orang Prancis terutama yang tinggal di daerah selatan Prancis memiliki kebiasaan makan makanan kaya lemak dan berpotensi tinggi untuk menyebabkan penyakit jantung, selain itu mereka juga terbiasa merokok dan sedikit berolahraga namun angka kejadian serangan jantung di daerah tersebut sangat rendah. Alasannya dikaitkan dengan fakta bahwa mereka mengkonsumsi alkohol dalam jumlah sedang setiap hari. Menurut para peneliti, konsumsi alkohol yang terkandung dalam
wine dengan persentase 10-14 % membantu untuk memudahkan peredaran darah ke seluruh tubuh, dan dikatakan bahwa konsumsi alkohol secara rutin dapat mengurangi bahaya dari kolesterol. Selain itu fenol -tepatnya resveratrol- juga berjasa dalam mengukuhkan image bahwa
wine baik untuk kesehatan. Senyawa tersebut memiliki efek protektif terhadap pembuluh kapiler dan terhadap kolagen yang ada dalam pembuluh darah. Fenol juga merupakan antioksidan yang kuat.
Di samping manfaat tersebut ternyata anggur berdampak buruk terhadap gigi, demikian yang dipaparkan oleh para peneliti dari
New York University College of Dentistry awal April lalu. Dalam penelitiannya yang dilakukan di laboratorium, para peneliti menggunakan gigi sapi sebagai sampel penelitian yang direndam dalam
white wine,
red wine, atau air selama satu jam kemudian direndam lagi dalam teh. Pada gigi yang direndam dalam
white wine sebelum direndam dalam teh terlihat stain atau noda yang berwarna lebih gelap daripada gigi yang direndam dalam air sebelum direndam dalam teh, namun noda paling gelap didapati pada gigi yang direndam dalam
red wine.
Merendam gigi di dalam
white wine selama satu jam kurang lebih sama seperti menyesap anggur pada saat makan malam, demikian dikatakan oleh Mark Wolff, DDS, PhD yang merupakan profesor dan Kepala Departemen Kardiologi di N
ew York University College of Dentistry. Ia juga mengungkapkan bahwa asam yang terkandung dalam
wine mengkasarkan permukaan gigi karena adanya mineral gigi yang terlarut, sehingga minuman yang mengandung zat warna seperti teh dan kopi dapat mempenetrasi gigi lebih dalam dan menyebabkan
staining atau perubahan warna pada gigi.
Red wine bahkan dapat menyebabkan noda yang lebih berat, karena
red wine mengandung zat yang kaya pigmen yaitu chromagen yang tidak dimiliki oleh
white wine!