Optimis atau berpikiran positif akan segala kondisi dan situasi yang kemungkinan berbanding terbalik dengan kenyataan adan keinginan seseorang, ternyata sudah menjadi hal yang natural dilakukan oleh otak manusia. Studi mengenai kinerja otak akan optimisme ini diterbitkan dalam Nature Neuroscience, berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh Dr. Tali Sharot, University College London yang mengatakan bahwa 80% manusia merupakan orang-orang optimis, meskipun mereka sendiri tidak menganggap demikian.
Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat tingkatan optimisme seseorang yang kemudian di uji menggunakan scan otak. Mereka diberikan berbagai macam pertanyaan dan penilaian masing-masing mengenai berbagai macam faktor mengenai kenyataan baik ataupun buruk
. Misalkan mereka di berikan kemungkinan terkena kanker sebesar 30%, maka meskipun ada sebagian dari mereka berpikiran resiko mereka menjadi 40%, pada akhir percobaan, mereka akan menurunkan resiko mereka sendiri menjadi 31%. Sedangkan bila sebagian dari mereka sudah berpikiran resiko mereka hanya 10%, maka setelahnya, mereka hanya akan menambah sedikit dari sebelumnya yang sudah dibawah dari perkiraan awal yang telah diinformasikan. Dari sini sudah mulai terlihat keinginan seseorang akan hal yang jauh lebih baik daripada berpikiran yang lebih buruk.
Untuk melihat mengenai perbedaan optimisme dalam semua pasien secara lebih, dilakukan pengamatan lebih lanjut dalam kinerja otak bagian depan yang secara otomatis akan terjadi lebih banyak aktifitas dalam memproses berbagai macam hal. Hal ini terjadi pada saat mereka diberikan informasi positif. Sedangkan pada saat diberikan informasi buruk, otak bagian depan mereka yang paling sedikit menunjukkan aktifitas dianggap sebagai optimis. Sedangkan mereka yang tidak optimis malah sebaliknya, yaitu akan terjadi peningkatan aktifitas pada otak bagian depan mereka.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa otak mempunyai andil dalam memutuskan dan memilih informasi mana yang mau didengar dan bahkan otak dapat berfungsi secara optimal dalam meningkatkan kesehatan tubuh. Seperti yang ditemukan dalam penelitian bahwa 100,000 wanita menunjukkan rendahnya resiko terkena penyakit jantung dan kematian, dikarenakan optimisme.