Seorang perempuan berusia 30 tahun mengeluhkan sakit kepala, sakit leher dan kejang otot sejak 1 tahun terakhir. Ia juga merasakan matanya memerah, pandangan menjadi kabur, berair, sensitif terhadap cahaya dan terasa sakit. Pasien ini didiagnosa menderita uveitis yaitu peradangan pada uvea (bagian mata yang terdiri dari iris, choroid dan corpus siliaris). Ia sudah mendapatkan perawatan dan telah mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter spesialis mata namun keluhan masih terus ada.
Saat berkonsultasi ke dokter gigi, ditemukan banyak penumpukan plak dan karang gigi di seluruh giginya. Gusinya tampak meradang, namun tidak ditemukan karies gigi. Dokter gigi lalu melakukan perawatan periodontal meliputi pembersihan karang gigi secara intensif untuk mengembalikan kesehatan jaringan pendukung gigi. Setelah perawatan tersebut, keluhan wanita ini berangsur-angsur menghilang dan membaik.
Kasus lainnya terjadi pada seorang perempuan berusia 50 tahun yang mengunjungi dokter gigi karena ada giginya yang patah saat sedang mengunyah
. Ia tidak pernah memeriksakan gigi sebelumnya. Pada saat pemeriksaan, dokter gigi mendapati beberapa gigi pasien tersebut sudah patah dan adanya penyakit gusi yang sudah lanjut. Beberapa giginya pun sudah goyang. Dokter gigi tersebut mencurigai adanya penyakit sistemik yang diderita pasien, namun pasien sendiri tidak menyadarinya. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter penyakit dalam, barulah diketahui bahwa pasien menderita Diabetes Mellitus.
Kasus di atas memperlihatkan betapa eratnya kaitan antara kesehatan rongga mulut dengan kesehatan tubuh secara umum (kondisi sistemik). Dahulu, dokter gigi maupun dokter umum seringkali memandang rongga mulut sebagai kesatuan yang terpisah dari bagian tubuh yang lain. Kini semakin banyak laporan kasus yang dipublikasikan yang menghubungkan kesehatan dan kebersihan rongga mulut yang buruk dengan terjadinya gangguan sistemik. Di antaranya penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), rhematoid arthritis, kelahiran bayi prematur, serta kanker leher dan mulut.
Beberapa penyakit sistemik juga dapat bermanifestasi atau menimbulkan gejala tertentu pada rongga mulut seperti pada kasus penderita Diabetes Mellitus di atas. Penelitian menunjukkan hubungan timbal balik antara diabetes dan penyakit gusi. Pasien dengan diabetes yang terkontrol memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih baik. Sebaliknya, pasien diabetes yang menjalani perawatan periodontal yang efektif akan lebih sedikit membutuhkan insulin.
Benang merah antara penyakit gusi (periodontitis) dan kondisi sistemik adalah keterlibatan bakteri. Periodontitis yang merupakan peradangan pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang) disebabkan oleh bakteri patogen. Pada tahap lanjut, bakteri akan semakin berkembang dan dapat terbawa ke aliran darah dan menginfeksi organ tubuh lain.
Jika terjadi peradangan pada tubuh, maka kadar protein yang disebut C-reactive protein (CRP) akan meningkat, yang dapat diketahui melalui pemeriksaan darah. Beberapa ilmuwan menyatakan, kadar CRP yang tinggi merupakan indikator yang cukup kuat akan adanya kemungkinan serangan jantung atau stroke di kemudian hari.
Jadi, kapan terakhir kali Anda memeriksakan diri ke dokter gigi dan menjalani
pembersihan karang gigi? Bila Anda sudah tak ingat lagi atau bahkan belum pernah sama sekali, mungkin sudah saatnya untuk mengosongkan jadwal dan pergi ke dokter gigi.